Monday, October 8, 2012

ESSAY “CITA-CITA SRI” KARYA JAZIMAH AL MUHYI Oleh: Firyal Mhaq



1.           Tema: Cita-cita
Penulis mengutarakan tema cerpen secara tersurat dimana tema juga sebagai judul dalam cerpen.

2.           Judul: Cita-cita Sri.
Judul “Cita-cita Sri” dalam cerpen karya Jazimah Al Muhyi menurut saya kurang menarik karena judul ”Cita-cita” sudah umum sehingga kurang menarik manat baca. Mengapa tidak menggunakan judul lain yang ada dalam cerita?

3.           Penokohan:
·        Sri: Dalam cerpen tersebut tokoh Sri digambarkan sebagi gadis yang bimbang akan cita-citanya sebagai Tukang Pijit akibat ledekan teman-temannya. Sri kurang memiliki pemikiran yang maju, mengapa ia hanya bercita-cita menjadi Tukang Pijit? Memenag hal tersebut bukanlah cita-cita yang buruk apalagi haram, tapi alangkah lebih baiknya ketika kita berusaha menjadi yang lebih baik dan memilii cita-cita yang lebih tinggi.
·        Emak: Emak sebagai orangtua tunggal Sri merupakan tokoh yang pekerja keras, selain menjadi tukang pijit emak juga berprofesi sebaga rumah tangga. Mungkin hal inilah yang sangat menginspirasi Sri hingga ia juga ingin mengikuti jejak emak sebagai Tukag Pijit.
·        Bu Retno: Bu Retno adalah wali kelas Sri yang baik dan bijaksana, ia selalu mendengarkan keluhan murid-muridnya mengenai masalah sekolah maupun pribadi. Bu Retno berhasil membesarkan hati Sri untuk tetap percaya diri akan cita-citanya menjadi Tuakng Pijit. Namun, sebagai wanita yang berpendidikan seharusnya bu Retno  dapat memberi pengertian pada Sri tetang cita-citanya, sekali lai saya disini tidak bermaksud untuk memvonis bahwa Tukang Pijit adalah pekerjaan yang buruk, sama sekali tidak hanhya seharusnya Tukang Pijit bukan dijadikan sebuah cita-cita namun sebagai kegiatan sampingan setelah kita berhasil menggapai cita-cita yang lebih tinggi.
·        Lina dan Wati: Sebagai teman dekt Sri yang memebela ejekan Heru dan Narno akan cita-cita Sri.
·        Heru dan Narno: Teman sekelas Sri yang menjelek-jelek kan cita-cita Sri sebagai Tukang pijit.
·        Ninuk: dalam cerpen ini, tokoh Ninik digambarkan sesuai dengan porsinya, yakni gadis yang manja menurut saya bukanlah hal yang berlebihan mengingat bahwa Ninuk adalah anak Bu Retno yang masih balita.

4.           Alur / Plot: Alur maju.
·        Pengenalan: Malam ini Sri sedang bingung apa yang harus dia tulis mengenai cita-citanya . sri bingung akibat ejekan Heru dan Narto terhdap cita-cita Sri. Kebanyakan sebuah cerita / kisah, malam hari digunakan sebagai waktu yang tepat untuk merenung seperti kata pepatah “Carilah jawaban di kegelapan malam” entah hal tersebut benar atau tidak namun yang jelas malam hari adalah waktu tenang dimana kita dapat memikirkan segala sesuatunya dengan kepala dingin.
·        Permasalahan: Heru dan Narno mengejek cita-cita Sri sebagai Tukang Pijit. Mungkinkah apabila kita ada sebagai tokoh Heru dan Narno kita kan melakukan hal yang sama terhadap Sri? Saya yakin “Iya” entah merendahkannya secara lisan maupun dalam hati, hal itu tidaklah salah apabila kita memandangnya sebagai cit-cita yang aneh jika sebagian besar kita ingin menjadi Dokter, Insinyur, dll. Tapi Sri memilih sabagai Tukang Pijit tapi, tapi memang tidaklah baik apabila kita menjelekkan apa yang menjadi cita-cita bagi teman kita, apapun cita-citanya sejalan atau tidak dengan pemikiran kita, kita tetap harus menghargainya.
·        Klimaks: Sri semakin bimbang dan pesimis untuk melanjutkan cita-citanya sebagai Tukang Pijit seperti emaknya. Bukanlah hal yang mustahil apabila kita merasa keyakinan kita goyah ketika orang lain yang tak sejalan mengejek dan merendahkan keinginan kita.
·        Antiklimaks: Emak mengajak Sri kerumah bu Retno yang kebetulan hendak dipijit oleh emak Sri, disana Sri emnceritakan semua kebimbangannya mengenai cita-citanya. Bu Retno pun menasihati Sri bahwa tukang pijit bukanlah cita-cita yang buruk dan patut dipermalukan. Bukankah seharusnya bu Retno memberi pengertian dan wawasan terlebi dahulu pada Sri bagiamana cita-cita itu sebaiknya?
·        Penyelesaian: Sri semakin yakin akan cita-citanya sebagai Tukang Pijit dan berani menampilkan karangan tentang cita-citanya didepan kelas. Sebenarnya kita sendiri sudah tahu bagaimana jalan kita selanjutnya tapi kadang kita membutuhkan seseorang untuk lebih meyakinkan kita terhadap apa yang menjadi impian kita.

5.   Latar / Setting:
Tempat:
·        Kelas: Heru dan Narno menertawakan cita-cita Sri sebagai Tukang Pijit.
·        Kamar Sri: Sri merenung akan cita-citanya.
·        Sumur belakang: Sri membantu emak mencuci baju.
·        Rumah bu Retno: Sri menceritakan tentang keluhannya.
Waktu:
·        Siang hari: Sri, Lina, Wati, Heru, dan Narno bercerita tentang cita-citanya.
·        Malam hari: Sri hendak membuat kerangka karangan tentang cita-citanya. Sri pergi kerumah bu Retno.
Suasana:
·        Sedih: Sri sedih akibat Heru dan Narno menertawakan cita-citanya sebagai Tukang Pijit.
·        Bimbang: Sri bingung apakah dia bena-benar ingin melanjutkan cita-citanya sebagai Tukang Pijit.
·        Senang: Ketika bu Retno memberi semangat pada Sri mengenai cita-citanya.
·        Semangat: Sri menyalin kerangka krangan cita-citanya dan menampilkannya di depan kelas.

6.   Diksi / Pilihan Kata: cerpen “Cita-cita Sri” karya Jazimah Al Muhyi menggunkan bahasa sehari-hari, tidak terdapat majas atau kata kias sehingga mudah dimengerti.

7.   Pesan / Amanat:
·        Janganlah merendahkan cita-cita orang lain, hargailah meskipun hal itu tak sepaham dengan kita.
·        Cita-cita adalah impian setiap manusia, tak seorangpun yang berhak menyalahkn cita-cita kita. Namun, alangkah baiknya kita memiliki sebuah ”Impian dan Cita-cita” yang tinggi dan berusaha menjadi yang lebih baik dari orangtua kita.
·        Sukses berarti melakukan yang terbaik dengan apa yang kita miliki bukan melihat apa yang dimiliki orang lain.
8.   Sudut Pandang: Orang ketiga pelaku utama, karena cerpen menggunakan nama “Sri” dan menceritakan tokoh “Sri” .

Kesimpulan:
Secara keseluruhan cerpen “Cita-cita Sri” karya Jazimah Al muhyi merupakan cerpen yang sederhana dari segi bahasa maupun alurnya.  Cerpen ini cocok untuk dibaca anak usia 7-12 tahun karena isinya mengandung pencarian jati diri terhadap cita-cita. Mungkin secara umun cerpen ini memiliki pesan moral yang baik, penulis tidak membeda-bedakan jenis cita-cita apapun bentuknya adalah hal yang baik termasuk Tukang Pijit. Tapi mengapa harus Tukang Pijit yang menjadi sorotan? Apakah penulis menciptakan cerpen ini juga sebagai kritik sosial terhadap sebagian masyarakat yang memandang sebelah mata profesi Tukang Pijit? Atau apakah selama ini Tukang pijit memiliki konotasi negatif sehingga penulis berusaha menaikkan citra “Tukang Pijit” sebagai cita-cita? Sekali lagi saya tidak bermaksud untuk membentuk kasta antara Tukang Pijit dan profesi lainnya. Seharusnya, penulis juga berhati-hati dalam memasukkan isi cerita apalagi cerpen ini penikmatnya adalah anak-anak menjelang usia remaja yang butuh sebuah tuntunan maupun contoh. Apabila cerpen ini ditujukan agar anak-anak / masyarakat tidak mengesampingkan profesi Tukang Pijit baik menurut saya namun, anak-anak sebagai pembaca hendaknya dibimbing oleh orangtuanya agar sang anak mendapat wawasan mengenai apa itu cita-cita, bukan menelan mentah-mentah apa yang ada dalam cerpen ini.
Mohon maaf atas segala kekurangan, saya mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga bermanfaatJ
Allah the most Perfectful, the Known of all...

7 comments:

  1. Assalamualaikum mbak Firyal :)
    Aku datang untuk memberi komentar
    Aku suka backgroundnya.
    Ceritanya aku kurang suka juga. Judulnya juga kurang menarik untuk dibaca. Tapi kenapa kamu pilih cerpen itu?

    ReplyDelete
  2. apakah cita" firyal juga mau jadi tukang pijet?
    hehehehe habisnya firyal kalau mijet enak sih :3 buka panti pijet aja deh pasti laris ^o^v

    ReplyDelete
  3. Mbak Firuyaru ^^ saya suka semangat dan keteguhan hati Sri....bisa dicontoh tuuh ^^
    Correction ya... kata "Allah the most Perfectful, the Known off all..." kata 'off' nya seharusnya 'of' :) okidokay?

    ReplyDelete
  4. buat mama: iye ma aku sepaham sma mama mkanya tak jadiin bahan essay skalian jadi kritik sosial gt wkwk
    ica: wosh, aku mau buka butik bkan panti pijit -,-
    sumi: terereng ya hehe keyboard erorrr ^,^

    ReplyDelete
  5. Assalamualaikum, ini Marin :)
    Menurutku, alur yang kamu tulis itu terlalu panjang dan sepetinya bisa dipersingkat lagi. kalau masalah yang lain sudah no problem kok fir ;)

    ReplyDelete
  6. Penjabaran unsur intrisik dalam essai ini cukup mendalam sehingga menjadikan essai ini mudah intuk difahami

    ReplyDelete
  7. Firyal, sepakat dengan komentar teman-teman..,
    tiada kata yang bisa kuungkapkan untuk esai Anda..
    "Bintang Lima" buat Anda....

    ReplyDelete