1.
Tema: Cita-cita
Penulis mengutarakan tema cerpen secara
tersurat dimana tema juga sebagai judul dalam cerpen.
2.
Judul: Cita-cita Sri.
Judul “Cita-cita Sri” dalam cerpen karya
Jazimah Al Muhyi menurut saya kurang menarik karena judul ”Cita-cita” sudah
umum sehingga kurang menarik manat baca. Mengapa tidak menggunakan judul lain
yang ada dalam cerita?
3.
Penokohan:
·
Sri: Dalam cerpen tersebut tokoh Sri
digambarkan sebagi gadis yang bimbang akan cita-citanya sebagai Tukang Pijit
akibat ledekan teman-temannya. Sri kurang memiliki pemikiran yang maju, mengapa
ia hanya bercita-cita menjadi Tukang Pijit? Memenag hal tersebut bukanlah
cita-cita yang buruk apalagi haram, tapi alangkah lebih baiknya ketika kita
berusaha menjadi yang lebih baik dan memilii cita-cita yang lebih tinggi.
·
Emak: Emak sebagai orangtua tunggal Sri
merupakan tokoh yang pekerja keras, selain menjadi tukang pijit emak juga berprofesi
sebaga rumah tangga. Mungkin hal inilah yang sangat menginspirasi Sri hingga ia
juga ingin mengikuti jejak emak sebagai Tukag Pijit.
·
Bu Retno: Bu Retno adalah wali kelas Sri yang
baik dan bijaksana, ia selalu mendengarkan keluhan murid-muridnya mengenai
masalah sekolah maupun pribadi. Bu Retno berhasil membesarkan hati Sri untuk
tetap percaya diri akan cita-citanya menjadi Tuakng Pijit. Namun, sebagai
wanita yang berpendidikan seharusnya bu Retno
dapat memberi pengertian pada Sri tetang cita-citanya, sekali lai saya
disini tidak bermaksud untuk memvonis bahwa Tukang Pijit adalah pekerjaan yang
buruk, sama sekali tidak hanhya seharusnya Tukang Pijit bukan dijadikan sebuah
cita-cita namun sebagai kegiatan sampingan setelah kita berhasil menggapai cita-cita
yang lebih tinggi.
·
Lina dan Wati: Sebagai teman dekt Sri yang
memebela ejekan Heru dan Narno akan cita-cita Sri.
·
Heru dan Narno: Teman sekelas Sri yang
menjelek-jelek kan cita-cita Sri sebagai Tukang pijit.
·
Ninuk: dalam cerpen ini, tokoh Ninik digambarkan
sesuai dengan porsinya, yakni gadis yang manja menurut saya bukanlah hal yang
berlebihan mengingat bahwa Ninuk adalah anak Bu Retno yang masih balita.
4.
Alur / Plot: Alur maju.
·
Pengenalan: Malam ini Sri sedang bingung apa
yang harus dia tulis mengenai cita-citanya . sri bingung akibat ejekan Heru dan
Narto terhdap cita-cita Sri. Kebanyakan sebuah cerita / kisah, malam hari
digunakan sebagai waktu yang tepat untuk merenung seperti kata pepatah “Carilah
jawaban di kegelapan malam” entah hal tersebut benar atau tidak namun yang jelas
malam hari adalah waktu tenang dimana kita dapat memikirkan segala sesuatunya
dengan kepala dingin.
·
Permasalahan: Heru dan Narno mengejek
cita-cita Sri sebagai Tukang Pijit. Mungkinkah apabila kita ada sebagai tokoh
Heru dan Narno kita kan melakukan hal yang sama terhadap Sri? Saya yakin “Iya”
entah merendahkannya secara lisan maupun dalam hati, hal itu tidaklah salah
apabila kita memandangnya sebagai cit-cita yang aneh jika sebagian besar kita
ingin menjadi Dokter, Insinyur, dll. Tapi Sri memilih sabagai Tukang Pijit
tapi, tapi memang tidaklah baik apabila kita menjelekkan apa yang menjadi
cita-cita bagi teman kita, apapun cita-citanya sejalan atau tidak dengan
pemikiran kita, kita tetap harus menghargainya.
·
Klimaks: Sri semakin bimbang dan pesimis
untuk melanjutkan cita-citanya sebagai Tukang Pijit seperti emaknya. Bukanlah
hal yang mustahil apabila kita merasa keyakinan kita goyah ketika orang lain
yang tak sejalan mengejek dan merendahkan keinginan kita.
·
Antiklimaks: Emak mengajak Sri kerumah bu
Retno yang kebetulan hendak dipijit oleh emak Sri, disana Sri emnceritakan
semua kebimbangannya mengenai cita-citanya. Bu Retno pun menasihati Sri bahwa
tukang pijit bukanlah cita-cita yang buruk dan patut dipermalukan. Bukankah seharusnya
bu Retno memberi pengertian dan wawasan terlebi dahulu pada Sri bagiamana
cita-cita itu sebaiknya?
·
Penyelesaian: Sri semakin yakin akan
cita-citanya sebagai Tukang Pijit dan berani menampilkan karangan tentang
cita-citanya didepan kelas. Sebenarnya kita sendiri sudah tahu bagaimana jalan
kita selanjutnya tapi kadang kita membutuhkan seseorang untuk lebih meyakinkan
kita terhadap apa yang menjadi impian kita.
5.
Latar / Setting:
Tempat:
·
Kelas: Heru dan Narno menertawakan cita-cita
Sri sebagai Tukang Pijit.
·
Kamar Sri: Sri merenung akan cita-citanya.
·
Sumur belakang: Sri membantu emak mencuci
baju.
·
Rumah bu Retno: Sri menceritakan tentang
keluhannya.
Waktu:
·
Siang hari: Sri, Lina, Wati, Heru, dan Narno
bercerita tentang cita-citanya.
·
Malam hari: Sri hendak membuat kerangka
karangan tentang cita-citanya. Sri pergi kerumah bu Retno.
Suasana:
·
Sedih: Sri sedih akibat Heru dan Narno
menertawakan cita-citanya sebagai Tukang Pijit.
·
Bimbang: Sri bingung apakah dia bena-benar
ingin melanjutkan cita-citanya sebagai Tukang Pijit.
·
Senang: Ketika bu Retno memberi semangat pada
Sri mengenai cita-citanya.
·
Semangat: Sri menyalin kerangka krangan
cita-citanya dan menampilkannya di depan kelas.
6.
Diksi / Pilihan
Kata: cerpen
“Cita-cita Sri” karya Jazimah Al Muhyi menggunkan bahasa sehari-hari, tidak
terdapat majas atau kata kias sehingga mudah dimengerti.
7.
Pesan / Amanat:
·
Janganlah merendahkan cita-cita orang lain,
hargailah meskipun hal itu tak sepaham dengan kita.
·
Cita-cita adalah impian setiap manusia, tak
seorangpun yang berhak menyalahkn cita-cita kita. Namun, alangkah baiknya kita
memiliki sebuah ”Impian dan Cita-cita” yang tinggi dan berusaha menjadi yang
lebih baik dari orangtua kita.
·
Sukses berarti melakukan yang terbaik dengan
apa yang kita miliki bukan melihat apa yang dimiliki orang lain.
8.
Sudut Pandang: Orang ketiga pelaku
utama, karena cerpen menggunakan nama “Sri” dan menceritakan tokoh “Sri” .
Kesimpulan:
Secara keseluruhan cerpen “Cita-cita Sri”
karya Jazimah Al muhyi merupakan cerpen yang sederhana dari segi bahasa maupun
alurnya. Cerpen ini cocok untuk dibaca
anak usia 7-12 tahun karena isinya mengandung pencarian jati diri terhadap
cita-cita. Mungkin secara umun cerpen ini memiliki pesan moral yang baik,
penulis tidak membeda-bedakan jenis cita-cita apapun bentuknya adalah hal yang
baik termasuk Tukang Pijit. Tapi mengapa harus Tukang Pijit yang menjadi
sorotan? Apakah penulis menciptakan cerpen ini juga sebagai kritik sosial
terhadap sebagian masyarakat yang memandang sebelah mata profesi Tukang Pijit?
Atau apakah selama ini Tukang pijit memiliki konotasi negatif sehingga penulis
berusaha menaikkan citra “Tukang Pijit” sebagai cita-cita? Sekali lagi saya
tidak bermaksud untuk membentuk kasta antara Tukang Pijit dan profesi lainnya.
Seharusnya, penulis juga berhati-hati dalam memasukkan isi cerita apalagi cerpen
ini penikmatnya adalah anak-anak menjelang usia remaja yang butuh sebuah tuntunan
maupun contoh. Apabila cerpen ini ditujukan agar anak-anak / masyarakat tidak
mengesampingkan profesi Tukang Pijit baik menurut saya namun, anak-anak sebagai
pembaca hendaknya dibimbing oleh orangtuanya agar sang anak mendapat wawasan
mengenai apa itu cita-cita, bukan menelan mentah-mentah apa yang ada dalam
cerpen ini.
Mohon maaf atas segala kekurangan, saya mengharap kritik
dan saran yang membangun. Semoga bermanfaatJ
Allah the most Perfectful, the Known of all...
Assalamualaikum mbak Firyal :)
ReplyDeleteAku datang untuk memberi komentar
Aku suka backgroundnya.
Ceritanya aku kurang suka juga. Judulnya juga kurang menarik untuk dibaca. Tapi kenapa kamu pilih cerpen itu?
apakah cita" firyal juga mau jadi tukang pijet?
ReplyDeletehehehehe habisnya firyal kalau mijet enak sih :3 buka panti pijet aja deh pasti laris ^o^v
Mbak Firuyaru ^^ saya suka semangat dan keteguhan hati Sri....bisa dicontoh tuuh ^^
ReplyDeleteCorrection ya... kata "Allah the most Perfectful, the Known off all..." kata 'off' nya seharusnya 'of' :) okidokay?
buat mama: iye ma aku sepaham sma mama mkanya tak jadiin bahan essay skalian jadi kritik sosial gt wkwk
ReplyDeleteica: wosh, aku mau buka butik bkan panti pijit -,-
sumi: terereng ya hehe keyboard erorrr ^,^
Assalamualaikum, ini Marin :)
ReplyDeleteMenurutku, alur yang kamu tulis itu terlalu panjang dan sepetinya bisa dipersingkat lagi. kalau masalah yang lain sudah no problem kok fir ;)
Penjabaran unsur intrisik dalam essai ini cukup mendalam sehingga menjadikan essai ini mudah intuk difahami
ReplyDeleteFiryal, sepakat dengan komentar teman-teman..,
ReplyDeletetiada kata yang bisa kuungkapkan untuk esai Anda..
"Bintang Lima" buat Anda....